KETIKA ALLAH MENUNTUT IKHTIAR - RUMAH QURAN Network

02 October 2016

KETIKA ALLAH MENUNTUT IKHTIAR

Hampir sebagian isi Al Qur'an adalah kisah dan begitu juga ketika kita mempelajari sunnah Nabi Shallallhu'alaihi wassalam, kita akan bertemu dengan rentetan kisah yang menjadi sebab turunnya sebuah Ayat atau kisah yang melatarbelakangi sebuah hadist. Karena dari kisahlah manusia dapat mudah mengambil makna dan pelajaran.

Pada surah Maryam ayat 23 sampai 25, kita akan membaca sebuah rentetan kisah tentang bagaimana perjuangan seorang Maryam dalam melahirkan Isa 'alaihissalam. Seorang wanita suci yang beri'tikaf di masjid kemudian harus mengalami kehamilan dan difitnah atas kejadian itu. Maryam pun diusir hingga melahirkan dalam kesendirian.

Kehebatan cobaan bagi seorang Maryam direkam Allah pada ayat 23 : "Alangkah baiknya aku mati sebelum ini..." menandakan sebuah titik nadir dalam jiwa yang hampir menyentuh lantai dasar keimanan Maryam. Namun kemudian Jibril menghiburnya, dan melalui Jibril, Allah memberi petunjuk kepada Maryam :

"Goyangkanlah pangkal pohon kurma ke arahmu.."

Mari kita simak keunikan rangkaian ketiga ayat ini. Awalnya Maryam sudah menunjukkan perasaan putus asa yang luar biasa, tetapi di titik nadir perasaannya, Allah masih menuntutnya untuk melakukan sesuatu : "Goyangkanlah pangkal kurma..."

Seorang wanita yang telah hamil besar, yang sedang terusir dari kampungnya, yang sedang berat hatinya dalam kecamuk fitnah, yang sendirian dalam masa akan melahirkan, harus lagi dituntut untuk menggoyang pangkal kurma. Dimana belas kasih Allah?

Padahal disaat Maryam sehat dalam i'tikafnya, makanan turun terhidang lezat tanpa usaha yang signifikan.

Disinilah rahasia dan pelajaran yang kita harus perhatikan, hadirnya makanan di mihrab adalah jalan Allah memperkenalkan dirinya, bahwa Dialah Allah yang berkuasa atas segala sesuatu, yang mudah bagi Allah untuk melakukan apa yang Dia kehendaki.

Tetapi ketika Maryam diuji dengan cobaan keimanan, Allah mendidik Maryam untuk menjalani takdirnya sebagai manusia. Manusia yang dituntut untuk selalu berikhtiar. Manusia yang selalu harus melawan keputus asaannya. Manusia yang selalu harus bergerak, entah seperti apa perasannya saat itu, Dalam kondisi apapun.

Maka ikhtiar atau usaha menjadi sebuah rukun gerak yang harus ditunaikan. Tidak pantas bagi seorang muslim untuk kemudian berharap keajaiban, tanpa diiringi dengan ikhtiar dan usaha maksimal.

*****

Didalam proses bisnis, akan ada suatu masa dimana kita akan merasakan apa yang dirasakan oleh Maryam. Rasanya pengen "udahan ajah". Dan itu adalah sunnatullah yang akan dihadapi oleh setiap orang yang memang benar-benar memilih bisnis sebagai jalan hidup.

Maka rukun kebangkitan yang harus dilakukan oleh seorang pebisnis adalah berusaha. Seperti Maryam yang harus menggoyang pangkal kurma, seperti Musa AS yang harus memungkulkan tongkat ke lautan, seperti Nabi Muhammad Shallallhu'alaihi Wassalam  yang harus menggali parit khandaq atau seperti Al Fatih yang harus menjalankan 80 kapal keatas bukit galata. Semua sosok tersebut mengalami pertolongan  langsung dari Allah, namun semuanya diawali dengan usaha yang serius. Mendekati memaksimalkan usahanya hingga mendekati batas-batas insaniyah mereka.

Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat. Semoga kita tidak termasuk para pebisnis yang hanya duduk menunggu keajaiban. Tetapi terus bergerak menunjukkan keseriusan di hadapan Allah Subhanahu wata'ala, semoga setelah semua usaha sudah dikerahkan, Allah berkenan menolong dan menghadirkan keajaiban, yang tidak bisa dijangkau oleh logika insani. Semoga.

No comments: